It's been a long time ago...

ini udah jadi cerita lama di dalam diri gue. Sebenarnya gue juga ga begitu mau untuk bring up hal ini lagi. Tapi gue pikir ga salah kalau gue taruh kenangan gue di tulisan amatir gue ini.
Dia.. I saw him as the perfect one for me, but then he actually isn't. Dia bahkan ternyata emang sama sekali ga tercipta buat gue.
Dua minggu sampai satu bulan, rasanya cukup untuk kita saling kenal satu sama lain, dan menyatakan perasaan suka. Banyak banget yang udah gue laluin bareng sama dia hanya dalam kurun waktu sesempit itu, kita udah sama-sama menulis kata siap untuk memiliki hubungan. Bahkan, setiap kenangan foto yang ada di folder komputer gue bisa membuat gue tersenyum dibalik kesedihan gue. Kesedihan itu bukan berasal dari tidak terjadinya hubungan di antara kita. Tapi karena hubungan ini berakhir tanpa alasan. Hubungan ini berakhir tepat pada hari raya Idul Fitri, dan smsnya yang menyatakan "aku masih belum siap".

Penyesalan buat gue karena gue sendiri ga bisa mempertahankan dia, memohon untuk tetap disamping gue. Saat itu, dengan melihat semua gambarnya bersama pasangannya, gue masih suka bilang "gue yang seharusnya ada di foto itu". Tapi ada rasa bahagia yang gue rasakan melihatnya bersama kekasih barunya, karena dengan melihat itu semua, gue sadar bahwa gue pantas untuk mendapatkan orang yang mencintai gue lebih dari dia. Keputusan untuk terus moving on saat itu malah menjadi boomerang buat gue. Rasanya ditusuk 1000 pisau disetiap bagian tubuh gue aja masih kalah sama perasaan gue. Tapi ternyata, sakit hati yang gue rasakan ga berhenti sampai situ. Gue juga harus bisa kuat mendengarkan berjuta alasan yang dia jelaskan ke teman2 gue atau pun teman2 dia untuk tetap menjaga nama baiknya. Gue cuma bisa terdiam, biarlah apapun yang sudah kita komit, gue sama dia aja yang tahu.

Dari situlah, keputusan moving on adalah keputusan terbaik buat gue. Sekarang, gue udah seneng banget berada di kehidupan gue yang sebenarnya, bersama orang-orang yang tulus mencintai gue. Gue hanya bisa berharap yang terbaik buat dia, karena gue percaya setiap doa yang gue ucapkan, Tuhan pasti mengabulkan doa itu terjadi di kehidupan gue juga.

I Live to Learn, I Learn to Live.
Yes I can !!!

Pourquoi Pas?!

No comments:

Post a Comment